Selasa, 19 Februari 2008

Halaqoh Mufassir

Rekomendasi Workshop/ Halaqah Tafsir
Bagi Dosen-Dosen Tafsir PTAI
Di Pekan Baru, 22-23 Nopember 2007

1. 'Ketidakberdayaan' umat Islam Indonesia dalam merespon berbagai perkembangan modern sebagai dampak globalisasi menuntut adanya upaya rekonstruksi pemahaman keagamaan melalui tafsir yang visioner dan membumi terhadap teks-teks keagamaan; Alquran dan Hadis.
2. Agar tidak menimbulkan ketegangan konseptual di tengah masyarakat Indonesia yang pluralistik, tafsir dimaksud hendaknya dapat memanfaatkan ilmu-ilmu sosial, sains dan teknologi yang berkembang saat ini, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip dasar keilmuan Islam.
3. Demi tercapainya pemahaman teks keagamaan yang lebih membumi untuk konteks paling kontemporer, maka perlu dikembangkan kajian tafsir interdisipliner sebagai bentuk ijtihâd jamâ`iy (ijtihad kolektif) dalam tafsir dengan mengoptimalkan kerja sama intelektual sesama ilmuwan dalam berbagai bidang keahlian, melalui wadah seperti konsorsium/ himpunan peminat studi tafsir.
4. Sebagai agen perubahan masyarakat, perguruan tinggi agama Islam dapat berperan melahirkan karya-karya tafsir atau kader mufasir modern yang responsif terhadap berbagai problematika yang timbul, menghadirkan nilai-nilai ajaran Islam yang sejalan dengan tuntutan zaman, dengan tetap menjaga eksistensi agama sesuai pandangan hidup sebagai seorang Muslim.
5. Peran tersebut masih dirasa kurang memadai mengingat berbagai persoalan yang ada, mulai dari kualitas mahasiswa dan dosen, yang diakui banyak pihak sangat rendah, sampai kepada silabus yang diajarkan dan perpustakaan yang kurang memadai. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan dan perbaikan di berbagai sektor.
6. Agar dapat merespon perkembangan baru dalam masyarakat, dan sejalan dengan tantangan modernitas, perlu dikembangan kurikulum terbuka (open curriculum) dalam bentuk mata kuliah tambahan atau pilihan, selain kurikulum tertutup (closed curriculum) yang mengajarkan ilmu-ilmu dasar keislaman sehingga dosen dan mahasiswa tidak tercerabut dari akar tradisi keilmuan Islam.
7. Hermeneutika sebagai bagian dari ilmu sosial dapat dipertimbangkan menjadi ilmu bantu dalam menafsirkan al-Qur`an dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan Arab --sebagai bahasa al-Qur`an-- dan prinsip-prinsip syariah.

Kamis, 14 Februari 2008

Disertasi I, Profesi Sahabat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan
Kajian ini dimaksudkan untuk menelaah sisi manusiawi sahabat Nabi.[1] Fokus kajiannya adalah ingin menunjukkan bahwa periwayatan hadis di kalangan sahabat Nabi, tidak selamanya berdasar pada misi risalah yang mereka emban akan tetapi juga dilatari oleh “interest” (kepentingan) sahabat bersangkutan. Jadi, periwayatan yang berlangsung di kalangan mereka tidak seluruhnya murni agama, tetapi ada “kepentingan” di balik semua itu.
Hal yang menarik adalah apa yang terjadi di kalangan sahabat, ternyata juga terjadi pada masa berikutnya, yakni pada masa tabi’in. Tidak sedikit hadis yang mereka riwayatkan yang pada mulanya “hanya biasa-biasa saja”, belakangan menjadi demikian pentingnya. Contoh tipikal dalam hal ini adalah hadis tentang sunnah mengecat rambut dan janggut. Hasil penelitian G.H.A. Juynboll menunjukkan bahwa, ternyata para periwayat yang terlibat dalam penyebaran hadis tersebut berprofesi sebagai pedagang wewangian.[2]
Meskipun demikian, diskusi tentang kredibilitas sahabat pasti mengundang perdebatan yang panjang.[3] Hal ini dimungkinkan oleh karena posisi strategis sahabat sebagai pembawa syariah (h}amalat al-shari>’ah) pascakenabian dan telah mendapat legitimasi wahyu sebagai generasi terbaik, atau dengan meminjam istilah Sayyid Quthub, sahabat sebagai “generasi Qur’anik”.[4] Oleh karena itu, sahabat dipandang sebagai orang yang paling berhak dan berkompeten untuk berbicara dan menafsirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Nabi saw. berikut risalah yang diembannya. Sehingga membicarakan aspek historisitas sahabat terlanjur “ditabukan”. Padahal, di antara mereka ternyata tidak memiliki integritas pribadi (al-‘ada>lah) dan kapasitas intelektual (al-d}abt) yang sama. Pada aspek inilah sehingga kajian tentang kredibilitas sahabat menjadi sangat menarik.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah benarkah kredibilitas sahabat itu sebagai sesuatu yang latah untuk dipertanyakan? Lalu mengapa Nabi saw. mengeluarkan pernyataan bahwa api neraka bagi mereka yang dengan sengaja memanipulasi hadis. Adakah sabda Nabi saw. tersebut hanyalah sebuah prediksi belaka atau memang merupakan sesuatu yang telah menggejala kala itu? Ditambah lagi dengan menyeruaknya konflik-konflik internal antarsahabat sendiri yang selanjutnya memicu pecahnya skisma (perpecahan) dalam Islam (baca: al-fitnah al-kubra>). Kalau demikian, maka telaah kritis tentang visi, aksi, dan afiliasi politik mereka menjadi kajian yang sangat sifnifikan.
Dalam kaitan ini, pandangan Muhammad Shahrur menarik untuk dicermati, sebagai berikut:

Sahabat hanyalah manusia biasa yang hidup dalam lingkup sosial-budaya tertentu. Dan sangat boleh jadi kita yang hidup di era modern ini lebih berpeluang untuk mengetahui al-Qur’an lebih banyak dan lebih baik dari mereka (sahabat). Mengapa? Sebab, kemajuan yang telah kita capai, tentu tidak pernah terlintas dalam benak dan pikiran mereka. Sehingga, kita lebih mampu merefleksikan ajaran al-Qur’an dengan perangkat-perangkat kemodernan kita. Kita tidak mesti memperpegangi pandangan-pandangan mereka. Selanjutnya, jika pendapat mereka bersesuaian dengan kita dan kemodernan kita, maka kita harus menerimanya. Sebaliknya, jika tidak maka kita mesti menolaknya. Sebab hal yang demikian itu tidak memiliki konsekuensi teologis dan eskatologis yang mengenai (manimpa) kita. Keutamaan mereka hanya karena sebagai pelaku sejarah masa awal Islam. …Adalah kesalahan besar (al-mugha>lat}a>t al-kubra>) jika mau memahami agama sebagaimana cara dan metode mereka. Ini adalah sesuatu yang mustahil. Ini adalah pengingkaran terhadap sejarah. Tidak sadar akan perbedaan tempat, perubahan waktu, dan seterusnya. Sebab, Islam yang kita anut bukan Islam hayalan dan (agama) abstrak serta hampa budaya. Islam kita adalah yang bersentuhan dengan sejarah kemanusiaan dan kehidupan nyata. Tentu saja, Islam agama yang sangat historis.[5]

Hal yang menarik lainnya adalah mengapa para sahabat utama dan mereka yang sangat dekat dengan Nabi saw., seperti Abu Bakar al-Shiddiqi, Umar ibn al-Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Abu Talib (al-khulafa>’ al-ra>shidu>n) justru sangat sedikit meriwayatkan hadis? Sementara sahabat lainnya seperti Abu Hurairah ra. (w. 57/58 H) yang belakangan memeluk Islam dan bahkan ia hidup bersama dengan Nabi saw. hanya sekitar 1 tahun 9 bulan, justru sangat bersemangat mencari dan meriwayatkan hadis. Sahabat yang termasuk al-mukthiru>n fi al-riwa>yah[6]—mereka yang terbanyak meriwayatan hadis—bukan dari kalangan al-khulafa>’ al-ra>shidu>n. Bukankah mereka yang paling laik untuk melakukan hal tersebut.[7] Lalu, mengapa terjadi perbedaan semangat pencarian dan periwayatan hadis (al-rih}lat fi t}alab al-h}adi>th) di antara sahabat? Benarkah periwayatan hadis pada masa sahabat tidak seluruhnya dilatari oleh semangat keberagamaan semata, melainkan juga didorong oleh “kepentingan” sahabat tertentu sesuai dengan profesinya? Adakah perbedaan profesi sahabat tersebut dan afiliasi politik sahabat juga memengaruhi dan atau setidaknya memiliki keterkaitan dengan hadis-hadis yang diriwayatkannya?


B. Batasan Masalah
Kajian ini hanya terfokus pada sahabat Nabi yang terkenal dan memiliki prestise dan prestasi yang cemerlang pada bidangnya masing-masing. Masalah pokok yang akan dibahas adalah “Apakah variasi profesi sahabat berimplikasi terhadap hadis-hadis yang diriwayatkannya?” Bertolak dari permasalahan pokok tersebut, maka berikut ini akan dirumuskan beberapa permasalahan agar kajian ini lebih terfokus dan terarah. Rumusan masalah yang dimaksud, sebagai berikut:
1. Benarkah periwayatan hadis yang dilakukan oleh sahabat tidak sepenuhnya dilatari oleh semangat keberagamaan mereka, tetapi ada kepentingan lain yang dikemas dalam bahasa agama dan atau atas nama agama? Lalu, bagaimana tingkat akurasi kebenaran pandangan jumhur ulama hadis bahwa, semua sahabat adalah adil dalam periwayatan hadis (al-s}ah}a>bah kullu-hum ‘udu>l-un fi al-riwa>yah)?
2. Adakah variasi profesi sahabat juga memengaruhi dan atau setidaknya memiliki keterkaitan dengan hadis-hadis yang diriwayatkannya?

C. Alasan Memilih Judul
Penelitian ini mengambil tema Profesi Sahabat Nabi dan Hadis yang Diriwayatkannya (Tinjauan Sosio-Antropologis). Profesi sahabat yang dimaksud meliputi jabatan publik [seperti gubernur, hakim agama/qad}i], keahlian, keterampilan dan pekerjaan tertentu yang dimiliki oleh sahabat Nabi. Termasuk dalam kategori profesi adalah al-‘umma>la>t al-shari>’ah [para pekerja agama, seperti mu’azzin, amil zakat, dll].[8]
Terdapat beberapa alasan akademik yang mendasari sehingga topik ini dikaji, sebagai berikut:
1. Kritik terhadap kredibilitas sahabat tidak berkembang dalam keilmuan Islam—terutama di kalangan Sunni—, sehingga kaidah al-jarh} wa al-ta‘dil sepertinya hanya dibuat dan berlaku untuk kalangan tabi’in dan generasi berikutnya (atba>’ al-tabi‘in). Tidak bagi sahabat. Padahal, Islam tidak hanya menganjurkan penganutnya untuk mengikuti Nabi saw,[9] akan tetapi juga mesti mencontoh perilaku sahabat. Lalu, bagaimana mungkin mereka dapat dijadikan panutan, jika ternyata jejak langkahnya, latar belakang kehidupan, dan corak keberagamaan mereka tidak diketahui secara pasti? Bukankah jumlah mereka itu sangat banyak, hidup dalam kultur yang beragam, dan berdomisili pada wilayah yang berbeda-beda.[10]
2. Fase awal Islam (masa Nabi saw. dan sahabat) merupakan masa yang paling ideal sepanjang sejarah umat Islam (khayr al-quru>n). Hal mana karena pada masa inilah Islam untuk pertama kalinya bersentuhan dengan realitas kemanusiaan. Di samping itu, dinamika pemikiran Islam lahir dan tumbuh demikian liberalnya pada masa sahabat tersebut, sehingga berimplikasi terhadap perkembangan khazanah intelektual Muslim pada periode berikutnya, dalam berbagai bidang keilmuan. Oleh karena itu, menelaah lebih serius aspek-aspek perilaku keberagamaan dan pemikiran keislaman masa awal tersebut, di samping menarik juga sangat penting.

D. Tujuan Penelitian
1. Dengan kajian ini diharapkan dapat meretas anggapan dan sikap serta tradisi para kritikus hadis yang selama ini kelihatannya hanya memberlakukan kaidah al-jarh} wa al-ta‘di>l berhenti pada t}abaqah (tingkat) tabi’in. Padahal, hemat penulis, dalam perjalanan hidup para sahabat, mereka juga tidak terlepas dari pergolakan dan interest politik, etnis, dan semacamnya. Ditambah lagi dengan perbedaan tingkat kecerdasan dan intelektual mereka, perbedaan masa waktu mereka bersama Nabi. Pendek kata, mereka juga hidup dalam suatu budaya dan lingkungan yang berbeda-beda.
2. Oleh karena itu, dengan sendirinya slogan al-s}ah}a>bah kullu-hum ‘udu>l-un; semua sahabat pasti berkualitas adil dalam periwayatan, patut ditelaah ulang. Pasalnya, slogan ini dalam batas-batas tertentu sebetulnya bisa menyesatkan terutama dalam kontinuitas kajian keilmuan dalam Islam. Tidak kritis atas informasi dan pandangan keagamaan para sahabat, umpamanya. Patut dicatat bahwa yang dilarang oleh Nabi saw. hanyalah “memaki” sahabat (…la> tasubbu> as{h{abi>…), dan bukan mengkritiknya.
E. Metodologi dan Langkah-Langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan menerapkan kaidah al-jarh} wa al-ta‘di>l. Sejumlah kaidah al-jarh} wa al-ta’di>l tersebut dimaksudkan untuk melihat sejauhmana tingkat ‘ada>lah (keadilan) para sahabat Nabi tersebut.[11] Tentu saja sepanjang telaahan ini, “suara-suara yang lain” dari ulama Syiah dan Muktazilah juga akan dikedepankan sebagai “penyeimbang” bagi dominasi wacana ke-sunni-an.[12] Sedang analisis yang digunakan adalah analisis historis. Maksudnya, latar belakang kehidupan dan kultur yang meliputi sahabat akan ditelaah secara saksama, termasuk profesi yang mereka geluti. Sedang landasan teori yang akan digunakan adalah teori sosial konflik (social conflict theory) yang salah satu tokohnya adalah Karl Marx (1818-1883) dan teori ‘as{abiyah (group feeling) Ibn Khaldun (1332 M- 1406 M). Karl Marx berpendapat bahwa setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat pasti bersumber dari aktivitas ekonomi masyarakat bersangkutan.[13] Hal ini dapat dilihat pada pembahasan sahabat dan relasi harta. Kekalahan pada Perang Uhud disebabkan oleh pasukan pertahanan (pasukan pemanah) meninggalkan posisinya hanya karena melihat pasukan Muslim lainnya berebut harta rampasan perang. Sangat boleh jadi, tidak semua sahabat yang ikut perang dengan niat untuk mencari ridha Allah swt. semata. Seperti terkesan pada hadis Man Qa>tala Litaku>na Kalimat Alla>h Hiya al-‘Ulya> Fahuwa fi> Sabi>l Alla>h. Atau contoh yang lebih konkret adalah penentangan terhadap dakwah Nabi saw. dari kalangan Quraish, bahkan mereka sampai pada penentangan ajaran tauhid yang diemban oleh Nabi saw. Hal itu disebabkan karena penguasaan harta/bisnis mereka terganggu dengan kedatangan Muhammad saw.[14]
Teori Ibn Khaldun menarik untuk diapresiasi. Sosiolog Muslim kenamaan ini berpendapat bahwa setiap kelompok sosial pasti memiliki kecenderungan yang kuat untuk senantiasa mempertahankan posisi dan eksistensi kelompoknya.[15] Dari sana akan dilihat bahwa perilaku keagamaan para sahabat Nabi tidak terlepas dari motivasi ekonomi. Pada saat yang sama, entitas kesukuan mereka dan ikatan primordial yang lainnya tetap saja melekat dan kental. Selanjutnya, pandangan Max Weber (1864-1920) juga sangat penting dikemukakan di sini sebagai “teori penyeimbang”. Max Weber berpendapat bahwa segala aktivitas manusia bukan hanya didasarkan pada motivasi ekonomi, akan tetapi lebih dari itu juga didorong oleh nilai yang diyakini oleh penganutnya.[16] Bagi Weber, agama juga merupakan agen perubahan sosial.
Teori Strukturasi Anthony Giddens (1938- ?) juga relevan dengan kajian ini,[17] yakni untuk melihat keterkaitan antara profesi sahabat dengan hadis-hadis yang mereka riwayatkan. Seorang sahabat sangat boleh jadi memiliki pendapat yang tidak independen lagi ketika menduduki suatu jabatan (apalagi jabatan politis), ia tidak lagi leluasa mengemukakan pendapatnya. Akan tetapi, lebih memilih mengikuti pendapat yang lebih populer (umum). Kasus yang dapat dirujuk di sini adalah penyerangan kaum riddah (kaum murtad) oleh Abu Bakar al-Shiddiq ra. Khalifah pertama ini mengambil tindakan preventif untuk segera menghentikan gerakan ahl-al-riddah yang menyetop penyerahan zakat ke pusat. Sebab jika hal ini dibiarkan, maka akan menyebar ke wilayah/daerah-daerah yang lain dan pada gilirannya akan mengancam keuangan negara Madinah. Hal lain dari kebijakan Abu Bakar adalah tidak diserahkannya tanah Fadak dan harta rampasan perang (ghani>mah) Khaibar kepada ahli waris Nabi saw. (Fatimah binti Muhammad saw. dan Abbas ibn Abd al-Mutthalib). Kebijakan Abu Bakar ini adalah kebijakan politis dan bukan berdasarkan atas keinginan pribadi. Di sinilah terlihat dengan jelas bahwa jabatan seseorang dapat memengaruhi yang bersangkutan dalam menentukan kebijakan-kebijakan politiknya.
Oleh karena kajian ini termasuk studi pustaka (library research), maka langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: pertama, melakukan telaah atas sejumlah literatur yang terkait dengan topik bahasan terutama yang memuat biografi sahabat.[18] Tentu saja kitab-kitab si>rah dan buku-buku yang memuat bahasan sejarah sosial umat Islam masa awal juga akan ditelaah secara komprehensif.[19] Kedua, mengidentifikasi sejumlah sahabat yang memiliki prestasi yang cemerlang pada profesi masing-masing. Ketiga, melakukan kategorisasi profesi sahabat. Di sini akan terlihat adanya varian-varian profesi sahabat dan pada batas-batas tertentu akan tampak berbagai perilaku keberagamaan dan status sosial mereka. Keempat, menginventarisasi sejumlah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu.[20] Hal ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana profesi setiap sahabat memiliki pengaruh atau setidaknya ada keterkaitan dengan hadis-hadis yang diriwayatkannya.

F. Kajian Pustaka
Berikut ini akan dipaparkan sejumlah karya yang mendiskusikan kredibilitas sahabat dengan kecenderungan kajian yang juga cukup beragam, antara lain:
1. Kecenderungan Sosio-politik
Disertasi Fu’ad Jabali yang berjudul: The Companions of the Prophet: A Study of Geographical Distribution and Political Alignments, telah memaparkan banyak hal, yakni: (a) makna al-s}ah}a>bah sepanjang sejarahnya ternyata tidaklah stabil, tetapi labil. Salah satu penyebabnya adalah kala itu Muktazilah sedang gencar-gencarnya melancarkan kritik terhadap dominasi hadis sebagai sumber otoritas agama. Sahabat Nabi pun tidak terlepas dari kritik mereka; (b) hubungan pusat dan daerah, yaitu hubungan antarsahabat yang menetap di Madinah sebagai pusat ibukota negara waktu itu dengan mereka yang tetap betah tinggal di daerah, seperti Basrah, Kufah, Syria, Damaskus, Mesir, Hims, dan Paletina. Pertanyaan sentralnya adalah mengapa mereka memilih wilayah-wilayah tersebut dan tidak ke pusat saja? Adakah motivasi-motivasi yang lain selain maksud penyebaran dakwah Islam?; dan (c) “carut-marut” tragedi Shiffin. Pertanyaan yang diajukan adalah “siapa memihak siapa” dan atas dasar apa?[21] Karya ini telah banyak memberikan inspirasi awal bagi penulis dan sangat penting artinya bagi pengembangan kajian Islam terutama sahabat. Meskipun demikian, disertasi ini belum membahas corak keberagamaan sahabat yang menetap di berbagai wilayah dan penyebaran periwayatan hadis Nabi.[22]
Artikel Maya Yazigi yang berjudul “Commentaries Hadith al-‘Asharah or Political Uses of a Tradition”, juga menarik ditelaah lebih lanjut. Hadis al-‘asharah ini di samping prediktif juga bermuatan politis. Hadis ini sangat populer di kalangan Sunni sebagai counter terhadap dominasi Syiah. Lalu, kapan hadis tersebut populer dan dipopulerkan? Menurut Yazigi, hadis yang dikaji terkenal pada awal abad IX M yang tersebar dalam kitab-kitab al-sunan dan al-t{abaqa>t, namun belum tampak pemihakan dari para penulisnya. Lambat-laun, informasi yang moderat itu diformulasi sedemikian rupa terutama pada abad XI M, sehingga pada sejumlah kitab al-t}abaqa>t, sahabat yang termasuk kelompok sepuluh tersebut dibahas secara khusus. Abad XII M, lebih tegas lagi bermunculan sejumlah karya yang mencatat keutamaan kelompok sepuluh itu (fad{a>’il al-s{ah{a>bah). Bahkan, di era modern ini, kalangan Sunni menerbitkan karya-karya pemihakan yang serupa.[23] Dari sini dapat dilihat bahwa khusus hadis-hadis prediktif dan bermuatan politis patut dikritisi, termasuk sahabat yang paling bertanggung jawab dalam penyebarannya.
Wilferd Madelung juga menulis buku yang cukup menarik dengan judul The Succession to Muhammad A Study of the Early Caliphate (1997).[24] Buku ini memuat studi yang lebih komprehensif tentang akar-akar sejarah awal Islam. Ia menulis konflik-konflik internal umat Islam sejak wafatnya Nabi saw., antara keluarganya, Bani Hasyim dan suku-suku Quraish lainnya. Ia juga mengelaborasi pertentangan yang terjadi antara suku-suku Quraish sendiri.

2. Kecenderungan Sosio-Historis dan Doktrinal
Karya-karya yang tergolong dalam kelompok ini memaparkan sejarah dan pembelaan sahabat. Sahabat dalam pandangan mereka adalah generasi terbaik (khayr ummah), dituntun oleh wahyu dan dibimbing langsung oleh Nabi.
Muhammad A. Mahzun lewat karyanya yang berjudul Tah}qi>q Mawa>qif ‘l-S}ah}a>bah fi> al-Fitnah, (1994) telah banyak mendeskripsi posisi sahabat dalam menyikapi pergolakan politik. Bagi A. Mahzun, apa saja yang menimpa sahabat sudah merupakan “suratan takdir” dan mesti terjadi. Semua peristiwa tersebut telah termuat dalam sejumlah hadis Nabi saw, tandas A. Mahzun.[25] Pesona dan daya tarik buku ini adalah kemampuan penulisnya dalam meneliti hadis-hadis prediktif dan politis. Sedang kelemahannya adalah penulisnya tidak menyajikan analisis historis yang memadai.
Muslim A. Kadir telah mengkaji tahap perkembangan perilaku iman sahabat yang dapat menumbuhkan perubahan sosial dan bagaimana bentuk konfigurasi iman sahabat tersebut sebagai potensi perubahan sosial untuk mencapai tujuan risalah, yakni menampilkan “Islam sebagai rah}{mah-an li al-‘a>lami>n”. Dalam kajiannya ini, ia juga menyimpulkan bahwa masyarakat Muhajirin dan Anshar dapat mencapai tujuan risalah sebagai yang termaktub dalam al-Qur’an dan Sunnah. Di antara faktor pendukung sehingga hal tersebut dapat tercapai adalah (a) mereka dapat menghayati turunnya wahyu sehingga mereka dapat menyelesaikan persoalan sosial yang sedang dihadapinya yang notabene juga berdasar dari jawaban wahyu; dan (b) mereka juga mendapat bimbingan langsung dari Nabi saw.[26] Arti penting karya ini bagi penelitian disertasi ini adalah darinya dapat dijadikan referensi untuk menelaah lebih lanjut tipologi dan karakteristik masyarakat Arab masa awal.
Fathullah Gulen juga menulis buku yang berjudul Prophet Muhammad Aspects of His Life (Versi Teladan Kehidupan Rasul Allah Muhammad saw), terj. Triwibowo Budi Santoso). Hal-hal yang dikaji dalam buku ini, antara lain: (a) tidak benar Aisyah mengkritik sahabat, (b) faktor-faktor kebesaran sahabat, yakni hubungan langsung dengan kerasulan, kejujuran mereka yang masuk Islam secara murni, suasana yang diciptakan wahyu (QS. 48:29, QS 33:23), syuhada Perang Uhud, seperti Hamzah, Anas ibn Nadar, Abdullah ibn Jahsy, QS. 33:35 (kasus pernikahan Zaid ibn Haritsah), (c) mereka dibesarkan dalam bimbingan wahyu dan mengalami perubahan mendasar dalam hidupnya.
Suasana sulit dan kegetiran hidup yang dialami sahabat Nabi juga diuraikan dalam buku ini. Gulen juga banyak mengutip pendapat para ulama yang mengagungkan sahabat, seperti pandangan Ibn Hazm yang menyatakan bahwa “semua sahabat masuk surga”. Ayat-ayat yang dijadikan pijakan argumentasi oleh Ibn Hazm, antara lain: QS. 59:9, QS. 48:18, 29, QS. 9:100, QS. 33: 23.[27]
Di samping itu, Gulen juga melansir riwayat yang memuat keterangan tentang posisi penting sahabat. Seperti Riwayat Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Nabi saw. pernah bersabda la> tasubbu> as}h}a>bi>; “jangan memaki sahabat”.[28]

3. Kecenderungan Penulisan Biografi
Ada juga kecenderungan penulis sejarah sahabat Nabi saw. secara biografis, baik kolektif maupun individual. Beberapa contoh penulis sejarah sahabat yang dapat dikemukakan di sini adalah Ibn Sa‘d (w. 230 H) dengan T}abaqa>t al-Kubra>-nya, al-Dzahabi (194-256/ 810-870)[29] dengan Tadhkirah al-H{uffa>z{-nya, dan Ibn Hajar al-‘Asqalani (773-852/1372-1449) dengan Tahdhi>b al-Tahdhi>b-nya. Mereka ini menulis sejarah sahabat untuk kategori sejarah sahabat secara kolektif.
Ada lagi penulis lainnya yang khusus mengkaji aspek tertentu yang menarik bagi sahabat tertentu. Sebagai contoh, Imam al-Zarkasyi menulis kitab al-Ija>bah li Id man Istadrakathu A>’isyah ‘ala> al-S}ah}a>bah (Koreksi Aisyah terhadap Sahabat). Buku ini menjelaskan tentang (a) kedalaman ilmu fikih Aisyah sesuai dengan hadis Nabi “Ambillah (separuh) ilmu dari Humaira’ (Aisyah); (b) berbagai pandangan yang brilian dari Aisyah; (c) berbagai koreksi Aisyah terhadap para sahabat, seperti Umar ibn al-Khattab, Ali ibn Abu Thalib, Ibn Umar. Teguran Aisyah terhadap Abu Hurairah yang dinilainya memiliki pendengaran yang buruk, sehingga dalam periwayatan Abu Hurairah tidak akurat.
A. Sayyid Kamal Faqih Imani menulis A Bundle of Flowers from Garden of Traditions of the Prophet & Ahl al-Bait (a.s) Amir al-Mukminin (2001). Buku ini memuat hadis Nabi yang menjelaskan keutamaan ahl al-bayt-nya terutama keutamaan Ali ibn Abu Thalib.[30]
Nabia Abbott menulis sebuah karya yang sangat menarik tentang Aisyah. Dalam karyanya tersebut, Abbott menunjukkan ketokohan Aisyah yang bukan hanya sebagai seorang istri (Nabi saw.), tetapi lebih sebagai tokoh perempuan yang juga sebagai pemimpin yang cerdas. Buku ini agak berbeda dengan karya-karya Abbott lainnya. Untuk yang satu ini lebih kepada tulisan yang mencitrakan Aisyah sebagai seorang tokoh dalam karya novel. Tulisan ini cukup memukau dan bahasanya yang mengalir. Sudah dapat ditebak bahwa Abbott menulis bukan hanya ditujukan kepada masyarakat akademik, melainkan untuk masyarakat umum sekaligus.[31]

4. Kecederungan Membahas ‘Ada>lah al-S}ah}a>bah
Penulis juga telah menelaah karya-karya ulama hadis yang membincangkan keadilan (‘ada>lah) sahabat, baik klasik maupun modern. Pandangan, Ibn al-Shalah (643 H),[32] Jalal al-Din al-Suyuthi (w. 911 H),[33] Mustafa al-Siba’i,[34] Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib,[35] Muhammad Mustafa Azami,[36] Muhammad Muhammad Abu Zahw,[37] Ahmad Amin,[38] Mahmud Abu Rayyah,[39] dan Fazlur Rahman.[40]
5. Kecenderungan Membahas Sejarah Sosial Sahabat
Adalah Khalil Abd al-Karim yang telah banyak menulis sejarah sosial sahabat, baik terkait sosio-politik maupun sosio-ekonominya. Bahkan Khalil menyoroti perilaku seks sahabat. Karya-karya Khalil semakin menarik karena ia banyak merujuk pada kitab-kitab klasik.
Dalam Mujtama’ Yathri>b (1997), ia mendeskripsikan perilaku seks masyarakat Yathrib (yang belakangan diubah oleh Nabi saw. dengan nama Madi>nah al-Nabiy atau Madi>nah al-Munawwarah). Dalam buku ini, Khalil banyak menggambarkan “kebobrokan” moral masyarakat Madinah yang sangat vulgar dalam hal perilaku seksual. Bahkan, diceritakan pula bahwa ada seorang pemuda yang terpaksa diasingkan keluar kota hanya karena tidak sanggup menahan hasrat seksualnya. Pada Bab IV buku ini, Khalil secara provokatif membahas al-mughayyaba>t (selingkuh para istri ketika suami mereka bertempur di medan perang).[41] Dan, banyak kisah memilukan lainnya.
Dalam karya Khalil lainnya seperti al-S}ah}a>bah wa al-S}ah}a>bah (1997), ia mendeskrpsikan peristiwa pertentangan politik antarsahabat, “keserakahan” terhadap penguasaan harta, perilaku hedonistik dan perilaku poligami mereka. Perlakuan kasar sahabat Anshar terhadap istri mereka sampai pada tingkat memukul pasangannya juga tak luput dari uraian Khalil.[42] Singkat kata, karya-karya Khalil ini memang tergolong provokatif, tetapi dapat merangsang pembacanya untuk mengkaji ulang sejarah Islam awal.
Hemat penulis, karya-karya tersebut di atas belum membahas adanya hubungan antara profesi sahabat dengan hadis-hadis yang diriwayatkannya. Demikian pula halnya dengan karya beberapa islamisis—pemerhati kajian hadis—seperti Ignaz Goldziher, Joseph Shcact, dan G.H. A. Juynboll, serta Nabia Abbott.[43] Di sinilah letak pentingnya penelitian disertasi ini dan dari sini pula akan terlihat orisinalitas kajian penulis. Ternyata dari penelitian yang terdahulu sama sekali belum menyentuh objek kajian yang sedang diteliti.

G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terdiri atas lima bab, sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan meliputi pembahasan latar belakang pemikiran dan alasan akademik mengapa topik ini dikaji, rumusan dan batasan masalah. Agar pembahasan ini lebih terarah, maka dipandang perlu menentukan metodologi penelitian yang dipergunakan. Landasan teori dan tinjauan pustaka dikemukakan sedemikian rupa untuk menunjukkan signifikansi kajian penelitian ini. Juga dimaksudkan untuk membedakan sejumlah kajian yang terdahulu dengan penelitian yang sementara dilakukan. Sistematika penulisan juga dipaparkan sebagai gambaran awal penelitian ini.
Bab II, membahas historisitas sahabat Nabi yang dibagi atas tiga sub-bab, yakni: (a) problem pendefinisian sahabat; (b) kontroversi sekitar ‘ada>lah sahabat; dan (c) afiliasi politik sahabat dan implikasinya terhadap periwayatan hadis. Pokok bahasan ini dimaksudkan untuk mendudukkan posisi sahabat sebagaimana adanya, dan bukan sebagaimana mestinya. Kajian tentang sahabat selama ini berdiri pada dua kubu yang masing-masing berseberangan. Kalangan Sunni terkesan sangat normatif (“apa yang tersurat”) dalam menilai sahabat. Sedang dari kubu Syiah dan Muktazilah dalam mengkaji sahabat, terkesan sangat historis (“apa yang merealita”). Tradisi yang demikian ini ternyata juga berlanjut hingga di era modern. Penulis bermaksud untuk meretas ketegangan kedua kubu tersebut.
Bab III, membahas perilaku keberagamaan sahabat. Dari hasil studi awal, penulis menemukan bahwa ternyata perilaku keberagamaan sahabat juga tidaklah seragam. Demikian pula halnya dengan perilaku politik, perilaku seks, dan keragaman pemahaman keagamaan mereka. Dari sini akan dilihat bahwa keragamaan perilaku dan perbedaan pemahaman keagamaan sahabat sangat boleh jadi memiliki keterkaitan dengan hadis-hadis yang mereka riwayatkan.
Bab IV, membahas sejumlah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat tertentu berdasar pada profesi yang digelutinya. Pertanyaan mendasar yang ingin dijawab di sini adalah: (a) “siapa meriwayatkan apa”; dan (b) atas dasar apa ia meriwayatkannya. Benarkah ia menyebarkan hadis tersebut murni atas nama agama, atau “mengatasnamakan agama”, atau ada motivasi lainnya.
Bab V, penutup yang meliputi bahasan kesimpulan dan implikasi kajian. Bab ini penting untuk menunjukkan hasil-hasil penelitian studi ini. Pada pembahasan ini akan terlihat dengan jelas orisinalitas kajian penulis. Selain kesimpulan juga akan dikemukakan implikasi kajian yang dimaksudkan sebagai rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.
[1]Sahabat Nabi yang dimaksud adalah mengacu pada definisi yang dianut oleh mayoritas ulama hadis, yakni setiap orang Islam yang pernah melihat dan atau bergaul dengan Nabi saw. (meskipun tidak lama dan tidak sempat meriwayatkan hadis) serta meninggal dalam keadaan Islam. “Man ra’a> rasu>l Alla>h s}alla> Alla>h ‘alaih wa sallam fi> ha>l isla>m al-ra>wiy wa in lam tat}u>l s}uh}batuh wa in lam yarwi ‘anh hadi>than.” Lihat Abu ‘Amr ibn Uthman Abd al-Rahman (w. 643 H),‘Ulu>m al-H{adi>th, naskah diteliti oleh Dr. Nur al-Din ‘Itr, (Madinah: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, 1972), 263-4; Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuthi (w. 911 H), Tadri>b al-Ra>wiy fi> Sharh} Taqri>b al-Nawa>wiy, Jilid II (Beirut: Dar Ihya al-Sunnah al-Nabawiyyah, 1979 M), 208-9; Abu al-Fida’ Isma’il ibn Katsir, Ikhtis}a>r ‘Ulu>m al-H{adi>th telah disyarah oleh Ahmad Muhammad Shakir dengan judul al-Ba’i>th al-H{athi>th fi> Ikhtis}a>r ‘Ulu>m al-H{adi>th (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), 174-5.
[2]Hadis yang dimaksud berbunyi ”wa al-insa>n ah}san ma> yaku>n fi> al-‘ayn ma> da>ma aswad al-sha‘r wa ka-dha>lik # shu‘u>ru-hum fi> al-jannah.” Untuk keterangan yang lebih memadai lihat G.H.A. Juynboll, “Dyeng the Hair and Beard in Early Islam: A Hadith-Analytical Study”, dalam Arabica, vol. 33, 1986 M dan dalam edisi Indonesianya diterbitkan dengan judul “Mengecat Rambut dan Janggut dalam Islam Masa Awal: Sebuah Studi Analisis Hadis”, dalam Herman Leonard Beck dan Nico Kaptein (ed.), Studi Belanda Kontemporer tentang Islam: Lima Contoh (Jakarta: INIS, 1993), 1-47.
[3]Di kalangan ulama Sunni, seluruh sahabat dinilai “adil”. Dalam artian, mereka itu tidak mungkin untuk berbuat dusta atas nama Nabi saw. Abu Zur’ah al-Razi (w. 264 H/878 M) misalnya menyatakan, “Barang siapa yang mencaci-maki sahabat, maka orang tersebut termasuk zindiq. Sebab ia telah menentang penghargaan Allah dana rasul-Nya yang telah diberikannya kepada mereka. Lihat Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani (w. 773 H/1372 M), al-Is}a>bah fi> Tamyi>z al-S{ah}a>bah (Mesir: Maktabah al-Tijariyah, 1358 M), 18. Belakangan muncul Ibn al-Shalah yang memopulerkan slogan: al-s}ah}a>bah kullu-hum ‘udu>l-un (semua sahabat adalah adil). Sehingga tidak layak lagi mempertanyakan kredibilitas mereka. Sebab, ke-‘adilan mereka di samping telah mendapat legitimasi dari Qur’an (baca: QS. al-Baqa>rah/2: 143; A
  • n/3: 110; dan QS. al-Fath}/49: 29) juga mendapat pengkauan dari Nabi saw. sendiri (adanya larangan mencaci-maki sahabat, la tasubbu> ash}a>biy…). Lebih lanjut lihat Ibn al-Shalah, ‘Ulu>m al-H{adi>th, 264-7.
    [4]Lihat Sayyid Quthub, Ma’a>lim fi> al-T{ari>q (Kairo: Mustafa al-Babi al-Halaby, 1962), 18.
    [5]Muhammad Shahrur, al-Kita>b wa al-Qur’a>n: Qira>’ah Mu‘a>s}irah (Damaskus: al-Ahali li al-Tiba‘ah wa al-Nashr wa al-Tawzi’, 1992), 566-67.
    [6]Yang dimaksud dengan al-mukthiru>n fi> ‘l-riwa>yah adalah as}h}a>b al-ulu>f wa as}h}a>b al-alf (sahabat yang meriwayatkan hadis sampai seribu dan atau ribuan). Sebagai contoh, Abu Hurairah meriwayatkan 5.374 hadis menurut hitungan Baqi al-Din Mukhallad; Abdullah ibn Umar meriwayatkan 2.630 hadis; Anas ibn Malik sebanyak 2.286 hadis; A’isyah binti Abu Bakar al-Shiddiq sebanyak 2.210 hadis, Mereka ini termasuk as}h}a>b al-ulu>f (sahabat yang meriwayatkan ribuan hadis). Sedang as}h}a>b al-alf (sahabat yang meriwayatkan seribu hadis lebih), seperti Abdullah ibn Abbas sebanyak 1.660 hadis; Jabir ibn Abdullah sebanyak 1.540 hadis; Abu Sa’id al-Khudri sebanyak 1.170 hadis. Lihat Abu Muhammad Ali ibn Ahmad ibn Hazm al-Andalusi (384-456 H), Asma>’ al-S{ah}a>ba>h al-Ruwa>t wa-ma> li-kull Wa>h}idin min al-‘Adad—telah ditahqiq oleh Sayyid Kurdi Hasan, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1992), 37-42.
    [7]Menurut riwayat al-Baihaqi bersumber dari al-Rabi’ ibn Sulaiman (w. 270 H)—murid al-Syafi’i—bahwa Imam al-Syafi’ pernah berkata, “Sunnah yang sahih hanya sedikit jumlahnya di kalangan ahl al-ma‘rifah. Abu Bakar al-Shiddiq, riwayat yang sahih darinya sekitar 7 hadis; Umar ibn al-Khattab hanya sekitar 50 hadis; Utsman ibn ‘Affan dan Ali ibn Abi Thalib lebih sedikit lagi. Memang riwayat dari mereka ini banyak, akan tetapi hanya sedikit yang berkualitas sahih—menurut pandangan ahl al-ma‘rifah. Sayang sekali al-Razi tidak menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan ahl al-ma‘rifah tersebut. Lihat Muhammad ibn ‘Amr ibn al-Husain Fakhr al-Din al-Razi (w. 606 H), Mana>qib al-Ima>m al-Sya>fi’i (Beirut: Dar al-Jail, t.th.), 126-7.
    [8]Lihat Sa’id Harun ‘Asyur, al-Waz}a>’if wa al-H}iraf fi> ‘Ahd Rasu>l Alla>h s}alla> Alla>h ‘alaih wa sallam wa S}adr al-Isla>m (Kairo: Maktabah al-Adab, 2001); dan Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad [lebih dikenal dengan al-Khuza’iy, w. 789 H/1387M], Takhri>j al-Dila>la>t al-Sam’iyah ‘ala> Ma> Ka>na fi> ‘Ahd Rasu>l Alla>h s}alla> Alla>h ‘alaih wa sallam min al-H}iraf wa al-S}ana>’i wa al-‘Umma>la>t al-Shar’iyah (Mesir: al-Majlis al-A’la li syu’un al-Islamiyah bi-Jumhur Misra al-‘Arabiyah, 1980 M).
    [9]Ayat-ayat Quran yang dapat dirujuk untuk ini, antara lain: QS. al-H{ashr: 7; QS. al-A’ra>f/7: 157; QS. al-Anfa>l/8: 20; QS. al-Tagha>bun: 12; QS. al-Ah}za>b: 21; QS. al-Nu>r/24: 51. Dalam kaitan ini, M. Mustafa Azami menegaskan bahwa sebetulnya wujud ketaatan kepada baginda Nabi saw. adalah dengan mengikuti dan menghidupkan Sunnah-nya. Sebab, tanpa mengikuti sunnah Nabi saw., niscaya risalahnya telah berakhir bersamaan dengan wafatnya. Lihat M. Mustafa Azami, Manhaj al-Naqd ‘ind al-Muh}addithi>n: Nash’atuh wa Ta>rikhuh (Riyadh: al-Taba’ah al-‘Arabiyah al-Sa‘udiyah al-Mahdudah, 1982/1402 H), 3.
    [10]Ibn Sa‘d berpendapat bahwa sedikitnya ada 30.000 orang sahabat yang ikut dalam perang Tabuk (perang yang terakhir dalam Islam). Sementara itu, lanjutnya, yang tetap tinggal di kampung jumlahnya masing-masing lebih banyak lagi. Lihat Ibn Sa‘d, al-T{abaqa>t al-Kubra>, Jilid II (Beirut: Dar al-Shakir, t.th.), 377. Ibn Hajar al-‘Asqalani yang dipandang sebagai penulis biografi sahabat paling lengkap hanya sempat mendeskripsi tak kurang dari 10.000 sahabat. Padahal, ia telah menggunakan definisi sahabat yang sangat longgar. Sahabat baginya: “Siapa saja yang pernah bertemu dengan Nabi sedang ia beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan Muslim. Lihat Ibn Hajar al-‘Asqalani, al-Is}a>bah fi> Tamyi>z al-S{ah}a>bat, Juz I (Mesir: Maktabah al-Tijariyah, 1358 H), 10. Sementara itu, Ibn al-Shalah (w. 643 H) menegaskan bahwa jumlah sahabat Nabi sebanyak 114.000 orang. Dari mana mereka itu? Ia mengutip sebuah riwayat—tanpa sanad—dialog dengan Abu Zur‘ah, para sahabat itu berasal dari penduduk Mekkah, Madinah, dan mereka yang bermukim di antara kota ini, serta mereka yang menghadiri khotbah terakhir Nabi pada saat Haji Wada’ (haji perpisahan). Lihat Ibn al-Shalah, ‘Ulu>m al-H{adi>th, 268.
    [11]Adapun literatur yang dapat dirujuk antara lain: (a) Taj al-Din Abd al-Wahhab ibn Ali ibn al-Subki, Qa>’idah fi> al-Jarh} wa al-Ta‘di>l wa Qa>’idah fi al-Mu’arrikh (Kairo: Maktab al-Matbu‘at al-Islamiyah, 1404 H/ 1984 M; (b) Nur al-Din ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H{adi>th (Damaskus: Dar al-Fikr, 1979 M; (c) M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1995); (d) Shalah al-Din ibn Ahmad al-Idlibi, Manhaj Naqd al-Matn ‘ind ‘Ulama>’ al-H{adi>th al-Nabawy (Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1983 M); dan (e) Mahmud al-Thahhan, Us}u>l ‘l-Takhri>j wa Dira>sa>t al-Asa>ni>d (Halb: al-Matba‘ah al-‘Arabiyah, 1978 M).
    [12]Salah satu literatur yang dapat dijadikan rujukan utama adalah Ibn al-Hadid, Sharh} Nahj al-Bala>ghah (t.tp.: Dar al-Rashad al-Haditsah, t.th.).
    [13]Lebih lanjut lihat Karl Marx and Friedrich Engels, Selected Works (Moscow: Progress Publishers, 1969). Lihat juga Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender (Bandung: Mizan, 1999), 78-9.
    [14]Lihat Husain Marwah, al-Naza’a>t al-Ma>ddiyah fi> al-Falsafah al-‘Arabiyyah wa S}adr al-Isla>m, (Beirut: Dar al-‘Araby, 2002).
    [15]Bahkan Ibn Khaldun berpendapat bahwa, gerakan keagamaan tanpa solidaritas sosial (al-‘as}a>biyah) pasti tidak akan berhasil. Lihat Ibn Khaldun, Muqaddimah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.),157. Untuk teorinya, Ibn Khaldun mengutip salah satu hadis yang maknanya kurang lebih: “Allah tidak akan mengutus seorang Nabi pun kecuali ia berada dalam penjagaan kaumnya.” Selanjutnya, ia pun banyak menukilkan kebangkitan dan keruntuhan beberapa gerakan keagamaan yang gagal di tengah jalan hanya karena pupus dan berkurangnya dukungan koalisinya terhadap aliansi politik mereka. Contoh yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun ialah gerakan al-Mura>bithu>n atau al-Muwahhidu>n di Spanyol.
    [16]Lebih lanjut lihat Max Weber, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, terjemahan Talcott Parsons (New York: Charles Scribner’s Sons, 1958). Dari studi ini, Weber ingin melihat sejauh mana peranan agama atas elit ekonomi. Berangkat dari penelitiannya tersebut, ia lalu menyimpulkan bahwa (a) kapitalisme Barat tidak pernah dapat berkembang tanpa reformasi Protestan; (b) bagi pengikut Martin Luther (1483-1546) dan pengikut Calvin (1509-1564) mengangap pekerjaan sebagai panggilan Tuhan (sebagai ibadah dalam bahasa Islam). Pekerjaan sama sekali bukan sebagai hukuman atas dosa. Jadi karena pekerjaan sebagai panggilan Tuhan, maka mesti dilaksanakan secara etis. Oleh karena itu, golongan Protestan terkenal sebagai pedagang yang jujur dalam transaksi mereka. Lihat Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 32-3.
    [17]Lihat Anthony Giddens, The Constitution of Society: The Outline of the Theory of Structuration (t.tp.: Polity Press Cambridge-UK, 1995), terutama bab I dan 6 yang membahas unsur-unsur teori strukturasi, penelitian sosial dan kritik sosial. Tujuan fundamendal teori strukturasi adalah untuk menjelaskan hubungan dialektika dan saling memengaruhi antara agen dan struktur. Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur, dan sebaliknya seluruh struktur memerlukan tindakan sosial. Agen dan struktur saling berkait berkelindan dalam praktik. Perhatian A. Giddens pada proses dialektika di mana praktik sosial, struktur, dan kesadaran diciptakan. Patut dicatat bahwa A. Giddens membedakan antara kesadaran diskursif dan kesadaran praksis. Kesadaran diskursif memerlukan kemampuan untuk melukiskan tindakan lewat kata-kata. Kesadaran praksis melibatkan tindakan yang dianggap benar oleh sang aktor, tanpa mampu mengungkapkannya dengan kata-kata tentang apa yang mereka lakukan. Kesadaran praktis merupakan fokus teori strukturasi. Jadi, perhatiannya pada apa yang dilakukan aktor ketimbang apa yang dikatakannya. Penjelasan yang lebih memadai dapat juga dilihat dalam George Ritzer-Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, 6th Edition, McGraw-Hill, 2003.
    [18]Literatur yang dimaksud antara lain: (a) Ibn Sa‘d, Kita>b al-T{aba>qa>t al-Kubra>, 9 jilid, Beirut: Dar al-Sadir, t.th; (b) Yusuf ibn Abdullah ibn ‘Abd al-Barr, al-Isti>‘a>b fi> Ma‘rifah al-As}h}a>b, 4 jilid, Beirut: Dar al-Jail, 1992; (c) ‘Izz al-Din ibn al-Athir, Usd al-Gha>bah fi> Ma‘rifat al-S{ah}a>bah, 7 jilid, Kairo: al-Sha’ab, 1970; (d) Muhammad ibn Ahmad al-Dzahabi, Tajri>d Asma>’ al-S{ah}a>bah, 2 jilid, Bombay: Sharaf al-Din al-Kutubi, 1970; (e) Ibn Hajar al-‘Asqalani, al-Is}a>bah fi> Tamyi>z al-S{ah}a>bah, 4 jilid, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, t.th.; dan (f) Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Hayah al-S{ah}a>bah, Beirut: Dar al-Fikr, 1384 H/1965 M.
    [19]Buku-buku yang dapat dirujuk antara lain: (a) Ibn Hisyam, Si>rah al-Naby, Juz I-II, Beirut: Dar al-Fikr, 1984; (b) Abu Ja‘far Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Ta>ri>kh al-Umam wa al-Mulu>k (terutama jilid III & IV), Beirut: Dar al-Fikr, 1399 H/1979 M; (c) ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Khadrami al-Maghzili (w. 808 H), Ta>rikh ibn Khaldun yang juga biasa disebut dengan judul Kita>b al-‘Ibar wa Diwa>n al-Mubtada’ wa al-Khabr fi> Ayya>m al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa-man ‘As}rahum min Dhawy al-Sulta>n al-Akbar—terutama jilid II & III, Beirut: Mu’assasah Jammal li al-Taba’ah wa al-Nathar, 1399 H/ 1979 M; (d) Philip K. Hitti, History of the Arabs: From the Earliest Times to the Present, London: the McMillan Press, Ltd., 1974; (e) A.F.L Beeston (ed.), Arabic Literature to the End the Umayyad Period, Cambridge: Cambridge University Press, 1983; dan (f) Erling L. Petersen, Ali and Mu’awiya in Early Arabic Tradition: Studies on the Genesis and Growth of Islamic Historical Writing until the End of the Ninth Century, Copenhagen: Munksgoard, 1964.
    [20]Kitab-kitab yang dapat dirujuk antara lain: (a) Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ah}mad ibn H{anbal, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.; (b) Abu Hajjaj al-Mizzi, Tuh}fah al-Ashra>f bi-Ma‘rifah al-At}ra>f, India: Dar al-Qayyimah, 1972; dan (c) Abu al-Fida’ Ismail ibn Katsir, Ja>mi‘ al-Masa>nid al-Kubra>’, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
    [21]Untuk ini Fu’ad Jabali telah meneliti sebanyak 1.649 sahabat Nabi. Khusus untuk pembahasan tragedi Shiffin, Fu’ad Jabali telah mendata 185 sahabat yang terlibat langsung dalam tragedi tersebut, berikut kepada siapa mereka berafiliasi. 128 di antaranya yang pro-Ali ibn Abu Thalib. 16 orang yang gugur di medan perang dengan rincian: 2 orang dari suku Quraish, 4 orang dari kaum Anshar, 2 orang suku Aus, 2 orang suku Khazraj, 3 orang dari suku Bali, 1 orang dari suku Khawlan, dan 2 orang dari suku Khuza’ah. Sedang Muawiyah ibn Abi Sufyan didukung oleh 35 orang, 1 di antaranya yang gugur dari suku Khazraj. 7 orang yang juga terlibat dalam perang yang tidak diketahui identitasnya. 2 orang yang gugur tanpa identitas yang jelas. Lihat Fu’ad Jabali, The Companions of the Prophet: A Study of Geoghrapichal Distribution and Political Alignments (Canada: Institute of Islamic Studies McGill University Montreal, 1999), 252-3.
    [22]Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Drs Fu’ad Jabali, Ph.D. di Jakarta, pada tanggal 13 November 1999.
    [23]Maya Yazigi, “Commentaries Hadith al-‘Asharah or Political Uses of a Tradition”, dalam Studia Islamica, No. 2, 1997.
    [24]Wilferd Madelung, The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate (Cambridge University Press, 1997).
    [25]Muhammad A. Mahzun, Tah}qi>q Mawa>qi>f al-S{ah}a>bah fi> al-Fitnah (Riyadh: Maktabah al-Kautsar, 1994).
    [26]Muslim A. Kadir, Konfigurasi Iman Sahabat Muajirin dan Anshar (Yogyakarta: Disertasi yang diajukan kepada IAIN Sunan Kalijaga, 1998).
    [27]Lihat ibn Hajar al-‘Asqalani, Muqaddimah Fath} al-Ba>ri>, I, 10.
    [28]Imam al-Bukhari, S{ah}i>h}—Kita>b Fad}a>’il al-S}ah}a>bah, 221.
    [29]Karya Shams al-Din Muhammad ibn Ahmad ibn Uthman al-Dzahabi adalah Siya>r A’la>m al-Nubala>’ (Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 1990).
    [30]A. Sayyid Kamal Faqih Imani menulis A Bundle of Flowers from Garden of Traditions of the Prophet & Ahl al-Bait (as.) Amir al-Mukminin (Iran: Librarty Isfahan, Islamic Republic of Iran, 2001).
    [31]Lihat Nabia Abbott, Aishah: the Beloved of Mohammed (Chicago: University of Chicago, 1942).
    [32]Lihat karya monumental Ibn al-S{ala>h{,‘Ulu>m al-S{ala>h{ atau lebih populer dikenal dengan Muqaddimah ibn al-S{ala>h{ (Madinah: al-Maktabah al-‘Ilmiyah bi al-Madinah al-Munawwarah, 1972).
    [33]Lihat Jalal al-Din al-Suyuthi, Tadri>b al-Ra>wi>y fi> Sharh{ Taqri>b al-Nawawiy>, jilid I-II (Beirut: Dar Ihya al-Sunnah al-Nabawiyah, 1979 M).
    [34]Karya Mustafa al-Siba’i adalah al-Sunnah wa Maka>natuha> fi> al-Tashri>’ al-Isla>miy (Mesir: al-Dar al-Qawmiyah, 1966).
    [35]Karya Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib adalah al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n (Kairo: Maktabah Wahbah, 1963); Abu> Hurayrah Ra>wiyat al-Isla>m, (Mesir: al-Hai’at al-Mishriyah, 1987); dan Us}u>l al-H{adi>th: ‘Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh (Beirut: Dar al-Fikr, 1975).
    [36]M. Mustafa Azami telah banyak mendiskusikan kredibilitas sahabat. Hal-hal yang dibahasnya, antara lain: (a) sekitar definisi al-‘ada>lah (“keadilan”) yang dimaknainya sebagai al-rid}a> (yang diridhai). Maksudnya, semua sahabat pasti diridhai oleh Allah swt.; al-s}ah}a>bah kullu-hum mard}iyyu>n ‘ind Alla>h subh}a>na-hu wa ta‘a>la ;(b) penjelasan dan pembelaan terhadap pandangan ulama hadis yang menilai seluruh sahabat bersifat‘a>dil dalam periwayatan hadis; dan (c) ia juga mengemukakan dalil-dalil tentang keadilan sahabat. Lihat M. M. Azami, Manhaj al-Naqd, 23-42 & 103-13.
    [37]Karya M. Muhammad Abu Zahw adalah al-H{adi>th wa al-Muh}addithu>n (Mesir: Mathba’ah Misr, t.th.).
    [38]Karya Ahmad Amin adalah Fajr al-Isla>m (Singapura: Sulaiman Mar’ie, 1965).
    [39]Karya Abu Rayyah adalah Ad}wa>’ ‘ala> al-Sunnah al-Muh}ammadiyah aw Difa>’ ‘an al-H{adi>th (Mesir: Dar al-Ma‘rifah, 1964).
    [40]Karya Fazlur Rahman yang terpenting adalah Islamic Methodology in History (Karachi: Central Institute of Islamic Research, 1985).
    [41]Lihat Khalil Abd Karim, Mujtama’ Yathrib: al-‘Alaqah bain al-Rajul wa al-Mar’ah fi al-‘Ahdain al-Muhammady wa al-Khalifay (Kairo: Sina li al-Nasyar, 1997), 79-90.
    [42]Lihat idem, Shadwa al-Raba>bah bi-Ah}wa>l Mujtama’ al-S}ah}a>bah: al-S}ah}a>bah wa al-S}ah}a>bah, (Kairo: Sina li al-Nasyar, 1997), 407-413.
    [43]Ahmad von Denffer telah mendaftar sebanyak 559 karya para sarjana pengkaji hadis, baik Muslim maupun non-Muslim, ternyata tidak ditemukan satu pun karya, baik dalam bentuk buku ataupun artikel yang membahas topik kajian disertasi ini. Lihat Ahmad von Denffer, Literature on Hadith in European Languages: A Biblioghraphy (London: The Islamic Foundation, 1981), 25-84.
  • Profesi Sahabat

    Contoh Penulisan Artikel Pertama

    DAFTAR PUSTAKA


    Abdullah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997 M.

    Abbott, Nabia. Studies in Arabic Literary Papyri, vol. 2, Quranic Commentary and Tradition, Chicago: The University of Chicago Press, 1957 M.

    --------. “Hadith Literature II: Collection and Transmission of hadith”, dalam A.F.L. Beeston and T.M. Johnson (eds.), Arabic Literature to the End of the Umayyad Period, Cambridge University Press, 1983 M.

    --------, Aishah: the Beloved of Mohammed, Chichago, the University of Chichago Press, 1942 M.

    Abou El-Fadl, Islam and The Challenge of Democracy, Princeton University Press, 2004 M.

    Abu Ghuddah, Hassan ‘Abd al-Ghany, “al-Nasyat}a>t} al-Hirfiyyah al-Mih}niyyah fi> S{adr al-Islami>, edisi Juni-juli, 2000 M.

    Abu Habieb, Sa’di, Mausu>’at al-Ijma>’ telah diterjemahkan oleh K.H. A. Sahal Mahfudz dan K.H. Mustofa Bisri dengan judul: Ensiklopedi Ijmak, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1997 M.

    Abu Rayyah. Adwa>’ ‘ala> ‘l-Sunnah ‘l-Muh}ammadiyah aw Difa>’ ‘an ‘l-H{adi>th , Mesir: Dar ‘l-Ma’rifah, 1964 M.

    Abu Yusuf, Kita>b al-Khara>j, Mesir, al-Salafiyah, 1394 H.

    Abu Zahw, M.Muhammad. al-H{adi>th wa ‘l-Muh}addithu>n, Mesir: Matba’ah Misr, t.th.

    Adnan Amal, Taufik. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, Yogyakarta: FKBA/Forum Kajian Budaya dan Agama, 2001.

    al-‘Ainy, Badr ‘l-Din Abu Muhammad Mahmud ibn Ahmad. ‘Umdat ‘l-Qa>ry Sharh} S{ah}i>h} ‘l-Bukha>ry, Beirut: Muhammad Amin Damaj, t.th.

    A. Kadir, Muslim. Konfigurasi Iman Sahabat Muajirin dan Ansar, Yogyakarta: Disertasi yang diajukan kepada IAIN Sunan Kalijaga, 1998 M.

    al-Albany, Nashiruddin, Da’i>f ‘l-Ja>mi al-S{aghi>r wa Ziya>datuh (al-Fath} ‘l-Kabi>r), VI, Beirut, al-Maktab al-Islami, 1990 M.

    --------, Da’i>f Sunan al-Turmudhy, I-III, Beirut, al-Maktab ‘l-Islamy, 1991 M.

    --------, Da’i>f ‘l-Ja>mi ‘l-S{aghi>r wa Ziya>datuh (al-Fath} ‘l-Kabi>r), VI, Beirut, al-Maktab al-Islami, 1990 M.

    --------, Da’if Sunan Ibn Ma>jah, I-III, Beirut, al-Maktab al-Islami, 1990 M.

    --------, Da’i>f Sunan ‘l-Nasa>’i>, I-III, Beirut,: al-Maktab al-Islami, 1990

    A. Mahzun, Muhammad. Tah}qi>q Mawa>qif ‘l-S{ah}a>bat fi> ‘l-Fitnah min Riwa>ya>t ‘l-Ima>m ‘l-T{abary wa ‘l-Muh}addithi>n, Juz I-II, Riyadh: Maktabah ‘l-Kauthar, 1994.

    Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, Yogyakarta, Forum Kajian Budaya dan Agama/ FKBA, 2001 M.

    Amin, Ahmad. Fajr ‘l-Isla>m , Singapura: Sulaiman Mar’ie, 1965 M.

    Ansari, Zafar Ishaq. “The Authenticity of Traditions: A Critique of Joseph Schacht’s Argument E Silentio”, dalam Hamdard Islamicus, vol. 7, no. 2, 1984 M.

    al-‘Aqqad, ‘Abbas Mahmud, Abqariyyah As-S{iddi>q, Beirut, al-Maktabah al-‘Ashriyyah, t.th .

    al-‘Asqalany, Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar (w. 773 H/1372 M). al-Is}a>bah fi> Tamyi>z ‘l-S{ah}a>bah , Mesir: Maktabah ‘l-Tijjariyah, 1358 M.

    --------. Tahdhib ‘l-Tahdhib, India: Majlis Da’irat ‘l-Ma’arif ‘l-Nizamiyah, t.th.

    --------. Fath} ‘l-Ba>ry, Beirut: Dar ‘l-Fikr wa maktabah ‘l-Salafiyah, t.th.

    --------, Kita>b al-Jiha>d wa al-Siyar min Fath} al-Ba>ry, Beirut, Dar al-Balaghah, 1985 M.
    ‘Asyur, Sa’id harun. Al-Waz}a>’if wa al-H}iraf fi> ‘Ahd Rasu>l Alla>h S}alla> Alla>h ‘alaih wa sallam wa S}adr al-Isla>m, Kairo: Maktabah Adab, 2001 M.

    Audah, Ali, Ali bin Abi Talib sampai kepada Hasan dan Husain, Jakarta, Litera AntarNusa, 2003 M.

    Azami, M. Mustafa. Manhaj ‘l-Naqd ‘ind ‘l-Muh}addithi>n: Nash’atuh wa Ta>rikhuh , Riyadh: al-Taba’ah ‘l-‘Arabiyah ‘l-Sa’udiyah ‘l-Mahdudah, 1982/1402 H.

    --------. Studies in Early Hadith Literature, Beirut: al-Maktab ‘l-Islamy, 1968 M.

    --------. On Schacht’s Origins of Muhammadam Jurisprudence, Riyadh: King Saud University Press, 1985 M.

    --------, The History of The Quranic Text From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments (telah diindonesiakan oleh Sohirin Solihin, Ugi Suharto, dkk dengan judul: Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi: Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru , Jakarta, Gema Insani, 2005 M.

    Azizy, A. Qodri A., “ Hadis dan Sunnah” dalam Taufik Abdullah, et. Al (editor), Ensiklopedi Tematis Islam: Akar dan Awal, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002 M.

    al-Baghda>di, al-Khati>>b, al-Kifa>yah fi> ‘Ilm al-Riwa>yah

    Bakdasy, Sa’id M. dan Ibnu Hajar al-‘Asqalany, Fad}l Ma>’i Zam-zam wa dhikr ta>rikhih wa asma>’ih wa khas}a>’is}ih wa niyyat shurbih wa al-istishfa>’i bih telah diterjemah dengan judul: Zam-zam, Sejarah dan Khasiatnya, Yogyayakarta, Madani Pustaka Hikmah, cet-1, 2000 M.

    Beeston, A.F.L (ed.). Arabic Literature to the End the Umayyad Period, Cambridge: Cambridge University Press, 1983 M.

    Binti al-Syati,’A’isyah Abd Rahman, al-Qur’a>n wa Qad}a>ya> al-Insa>n, Beirut, Dar al-‘Ilmi li al-Malayin, 1982 M.

    --------, Nisa>’ al-Nabiy ‘alaih al-S{alah wa al-Sala>m, telah diindonesiakan oleh Abdullah Zakri al-Kaf dengan judul Istri-istri Nabi Fenomena Poligami di Mata Seorang Tokoh Wanita, Jakarta, Pustaka Hidayah, 2001 M.

    Boullata, Issa. J. (ed.). An Anthology of Islamic Studies, Canada: McGill University, 1992 M.

    Bravmann, M.M. The Spiritual Background of Early Islam: Studies in Ancient Arab Concepts, Leiden: E.J. Brill, 1972 M.

    al-Bukhary, Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail. al-Ja>mi’ ‘l-S{a>h}i>h} (S{ah}i>h} ‘l-Bukha>ry), Beirut: Dar ‘l-Fikr, t.th.

    Connolly, Peter. Approaches to the Study of Religion, London: Cassell, 1999 M.

    al-Dailamy, Shirawaih ibn Shahardar ibn Shirawaih, Kita>b Firdaus al-Akhba>r bi-Ma’thu>r al-Khit}a>b al- Mukharrij ‘ala Kita>b ‘l-Shiha>b, Beirut, Dar al-Araby, 1982 M.

    al-Darimy, Abu Muhammad Abd Allah ibn Abd ‘l-Rahman. Sunan ‘l-Da>rimy, Juz I-II, (t.tp): Dar ‘l-Ihya’ ‘l-Sunnah ‘l-Nabawiyyah, t.th.

    al-Dhahaby, Shams ‘l-Din Muhammad ibn Ahmad ibn Uthman. Siyar A’la>m ‘l-Nubala>’ , Beirut: Mu’assasah ‘l-Risalah, 1990 M.

    --------. Tajri>d Asma>’ ‘l-S{ah}a>bah, 2 jilid, Bombay: Sharaf ‘l-Din ‘l-Kutubi, 1970 M.

    ---------. Kitab Tadhkirat ‘l-H{uffa>dh, Hyderabad: Da’iart ‘l-Ma’arif ‘l-Uthmaniyah, 1955 M.

    ---------. Miza>n ‘l-I’tida>l fi> Naqd ‘l-Rija>l, naskah diteliti dan diberi notasi oleh Ali Muhammad ‘l-Bajawy, Mesir: ‘Isa ‘l-Baby ‘l-Halaby, 1382 H/ 1963 M.

    Dhaif, Syauqy, al-‘As}r al-Isla>my, Mesir, Dar al-Ma’arif, 1963 M.

    Duri, A.A. “al-Zuhri: A Study on the Beginning of History Writing in Islam”, dalam Bulletin of the School of Oriental and African Studies University of London, vol. XiX, 1957 M.

    Engineer, Asghar Ali. The Origin and Development of Islam: An essay on its socio-economic growth—telah diterjemahkan oleh Imam Baehaqi dengan judul: Asal-usul dan Perkembangan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999 M.

    --------, The Qur’an Women and Modern Society—diterjemahkan oleh Agus Nuryatno, Pembebasan Perempuan, Yogyakarta, LkiS, 2003 M.

    Giddens, Anthony. The Constitution of Society: The Outline of the Theory of Structuration, Cambridge: Polity Press Cambridge-UK, 1995 M.

    Goldhiher, Ignaz. Muslim Studies, II, London: George Allen & Unwin Ltd., 1971 M.


    Hamidullah, Muhammad. “Aqda>m Ta’li>f fi> ‘l-H{adi>th” dalam Majallat ‘l-Majma’ ‘l-‘Ilmiyah, vol.28, 1953 M.

    Al-Hamid al-Husaini, H.M.H. al-Baya>n al-Sya>fi> fi> Mafa>him al-Khilafiyah, Pembahasan Tuntas Perihal Khilafiyah, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996 M.

    --------. Membangun Peradaban: Sejarah Muhammad Saw Sejak Sebelum Diutus Menjadi Nabi, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996 M.

    al-Harawy, Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam, Ghari>b al-H{adi>th, jilid I, II, III, IV, dan V, Beirut: Dar al-Fikri, 1992 M.

    al-Hassany, Ahmad ibn Muhammad ibn al-Shiddiq al-Ghimary, Fath} al-Ma>lik al-‘Aly bi-s}ih}h}at H{adi>th Ba>b Madi>nat al-‘Ilm ‘Aly, t.tp., Mathba’ah al-Sa’adah, 1969 M.

    Haikal, Muhammad Husain, Al-Fa>ruq Umar diterjemahkan oleh Ali Audah dengan judul Umar ibn Khattab, Jakarta, Litera Hati Antar Nusa, 2002 M.

    --------, Fi> Manzi>l al-Wah}yi, Mesir, Dar al-Ma’arif, cet.v, 1970 M.

    Hitti, Philip K. History of the Arabs: From the Earlist Times to the Present, London: the McMillan Press, Ltd., 1974 M.

    Huda, Muhammad Firdaus Nurul, Kesan Perubahan Sosial Terhadap Hukum Islam: Satu Kajian tentang Medologi Syariah dan pelaksanaannya, Malaysia, Percetakan Putra Jaya, 2002 M.

    Hurgronje, Christiaan Snouck, Het Mekkanche Feest (Perayaan Mekkah, terj. Supardi), Jakarta, INIS, 1989 M.

    Husain, Thaha al-Wa’d al-H{aqq, diterjemahkan oleh Harits ibn Solihin dengan judul: Janji Sejati (Sebuah Novel Sejarah, pen--), Yogyakarta: Tinta, 2003 M.

    Ibn Abd al-Barr, al-Durar fi> Ikhtis}a>r al-Magha>zy wa al-Siyar, Beirut, Mu’assasah ‘Ulum al-Qur’an, 1984 M.

    --------, Yusuf ibn Abdullah. al-Isti’a>b fi> Ma’rifat ‘l-As}h}a>b, 4 jilid, Beirut: Dar ‘l-Jail, 1992 M.

    Ibn Anas, Malik (Imam). Muwat}t}a’ Ma>lik, juz I-II, Beirut: Dar ‘l-Kutub ‘l-‘Ilmiyah, t.th.

    Ibn ‘l-Athir, ‘Izz ‘l-Din. Usd ‘l-Gha>bat fi> Ma’rifat ‘l-S{ah}a>bat, 7 jilid, Kairo: al-Sha’ab, 1970 M.

    Ibn ‘l-Hadid, Sharh} Nahj ‘l-Bala>ghah , t.tp: Dar ‘l-Rashad ‘l-Hadithah, t.th.

    Ibn Hanbal, Ahmad. Musnad Ah}mad ibn H{anbal, Jilid IV, Beirut: Dar ‘l-Fikr, t.th.

    Ibn Hazm, Aby Muhammad Ali ibn Ahmad al-Andalusy (384-456 H). Asma>’ ‘l-S{ah}a>bat ‘l-Ruwa>t wa-ma> li-kull Wa>h}idin min ‘l-‘Adad—telah ditahqiq oleh Sayyid Kurdy Hasan, Beirut: Dar ‘l-Kutub ‘l-‘Ilmiyah, 1992 M.

    --------. Ash}a>b ‘l-Futya> min ‘l-S{ah}a>bat wa ‘l-Ta>bi’in wa man Ba’dahum ‘ala> Mara>tibihim fi> Kathrat ‘l-Futya>—telah ditahqiq oleh Sayyid Kasrawy Hasan, Beirut: Dar ‘l-Kutub ‘l-‘Ilmiyah, 1995 M.

    --------, Asma>’ al-S{ah}abah al-Ruwa>t, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1992 M.

    --------, al-Ihka>m fi> Us}u>l al-Ah}kam, diberi notasi oleh Mahmud Hamid Usman, Kairo, Dar al-Hadith, 2005 M.

    Ibn Hisyam, Abu Muhammad bin Abd al Malik, Al Si>rah al Nabawiyah, diberi komentar (catatan) oleh Taha Abd al Rauf Saad. Jilid IV, Mesir, Maktabah al Haj Abd al Salâm Muhammad bin Syaqrun, 1971 M.

    Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, telah diindonesiakan oleh Samson Rahman dengan judul: Cara Manusia Cerdas Menang dalam Hidup, Jakarta, Maghfirah Pustaka, 2005 M.

    Ibn Kathir, Abu ‘l-Fida’ Ismail. Ikhtisar ‘Ulum ‘l-Hadith telah disyarah oleh Ahmad Muhammad Shakir dengan judul: al-Ba’ith ‘l-Hathith fi Ikhtisar ‘Ulum ‘l-Hadith, Beirut: Dar ‘l-Fikr, t.th.

    --------. Ja>mi ‘l-Masa>nid ‘l-Kubra>’, Beirut: Dar ‘l-Fikr, t.th.

    Ibn Khaldun, ‘Abd ‘l-Rahman ibn Muhammad ‘l-Khadramy ‘l-Maghzily (w. 808 H). Ta>rikh ibn Khaldun yang juga biasa disebut dengan judul: Kita>b ‘l-‘Ibar wa Diwa>n ‘l-Mubtada’ wa ‘l-Khabr fi> Ayya>m ‘l-‘Arab wa ‘l-‘Ajam wa ‘l-Barbar wa-man ‘As}rahum min Dha>wy ‘l-S{ult}a>n ‘l-Akba>r—terutama jilid II &III, Beirut: Mu’assasah Jammal li ‘l-Taba’ah wa ‘l-Nathar, 1399 H/ 1979 M.

    Ibn Majah, Abu Abd Allah Muhammad ibn Yazid. Sunan ibn Ma>jah, naskah diteliti dan diberi notasi oleh Muhammad Fu’ad Abd ‘l-Baqy, Beirut: Bar ‘l-Fikr, t.th.

    Ibn Qayyim al-Jauziyah, Shaid al-Khathir, Mekkah: Maktabah Nazar Mushthafa al-Baz, t.th., telah diindonesiakan oleh Samson Rahman dengan judul: Cara Manusia Cerdas Menang dalam Hidup, Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2005.

    Ibn Sa’ad, Kita>b al-T}abaqa>t ‘l-Kubra>, 9 jilid, Beirut: Dar ‘l-Sadir, t.th.

    Ibn al-Salah, Abu ‘Amr ibn Uthman Abd ‘l-Rahman (w. 643 H). ‘Ulu>m al-H{adi>th, naskah diteliti oleh Dr. Nur ‘l-Din ‘Itr, Medinah: al-Maktabah ‘l-‘Ilmiyah, 1972.
    al-Idliby, Salah ‘l-Din ibn Ahmad. Manhaj Naqd al-Matn ‘ind ‘Ulama>’ al-H{adi>th al-Nabawy> , Beirut: Dar ‘l-Afaq ‘l-Jadidah, 1983 M.

    Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

    --------, Hadis nabi yang tekstual dan Kontekstual telaah Ma’ani al-Hadits tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, Jakarta, Bulan Bintang, cet-1, 1994 M

    ‘Itr, Nur ‘l-Din. Manhaj al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H{adi>th (Damaskus: Dar ‘l-Fikr, 1979 M.

    al-‘Izzy, Abd ‘l-Mun’im Salih ‘l-Ali. Difa>’ ‘an Abi> Hurairah, Beirut: Dar ‘l-‘Ilm, 1981 M.

    Jabali, Fu’ad. The Companions of the Prophet: A Study of Geoghrapichal Distribution and Political Alignments, Canada: Institute of Islamic Studies McGill University Montreal, 1999 M. Disertasi Fuad Jabali ini telah diterbitkan oleh Brill Leiden-Boston, tahun 2003 dengan judul yang sama.

    Juynboll, G.H.A. “ Mengecat Rambut dan Janggut dalam Islam Masa Awal: Sebuah Studi Analisis Hadis”, dalam Herman Leonard Beck dan Nico Kaptein (ed.), Studi Belanda Kontemporer tentang Islam: Lima Contoh, Jakarta: INIS, 1993, lihat naskah aslinya; “Dyeng the hair and beard in early Islam: a hadith-analytical study”, dalam Arabica, vol.33, 1986 M.

    --------. Muslim Tradition: Studies in Chronology, Provenance and Authorship of Early Hadith, London: Cambridge University Press, 1983 M.

    --------.The Authenticity of the tradition Literature: Discussion in Modern Egypt, Leiden: E.J.Brill, 1966 M.
    --------. “Some New Ideas on the Development of Sunna as a Technical Term in Early Islam”, dalam Jerusalem Studies in Arabic and Islam, vol. 10, 1987 M.

    --------. “The Date of the Great Fitna”, dalam Arabica, vol. 20, Leiden: e.J. Brill, 1973 M.

    --------. “Some isnad analytical methods illustrated on the basis of several women—demeaning sayings from hadith literature”, dalam Studies on the origins and uses of islamic hadith, variorum, 1996, juga dalam W.A.L Stokhof (ed.), Seri INIS, jilid VI, Jakarta, 1990 M.

    --------. On the origins of arabic prose: Reflections on authenticity”, dalam G.H.A Juynboll (ed.), Studies on the First Century of Islamic Society, papers on Islamic History 5, Corbondale: Southern Illions U.P, 1982 M.

    al-Kandahlawy, Muhammad Yusuf. H{aya>t al-S{ah}a>bah, Beirut: Dar ‘l-Fikr, 1384 H/ 1965 M.

    Kamaruddin. Isnad and the Authenticity of Hadith: A Reconsideration of the Reliability of Hadith Transmission, Thesis, Nederland: Leiden University, 1998 M.

    al-Karim, Khalil Abd., Shadwa al-Raba>bah bi-Ah}wa>l Mujtama’ al-S}ah}a>bah: al-S{ah}a>bah wa al-S{ah}a>bah (Terjemahan bebasnya:”Sahabat Versus Sahabat”, Penulis), Kairo, Sina li al-Nasyar, 1997 M.
    --------.Mujtama’ Yathrib: al-‘Ala>qah bain al-Rajul wa al-Mar’ah fi> ‘Ahdain al-Muh}ammady> wa al-Khali>fay, Kairo: Sina li al-Nasyar, 1997 M.

    al-Kattany, Abu Abdullah Muhammad ibn Ja’far. Naz}m al-Mutana>thir min al-H{adi>th al-Mutawa>tir , Mesir: Dar ‘l-Kutub ‘l-Salafiyah li ‘l-Taba’ah wa ‘l-Nashar, t.th.

    Khairuddin, Ahmad, Interpretasi Hadis al-A’immah min Quraish-in dalam Konteks Wacana tentang Khilafah, Jakarta, UIN Syarifhidayatullah, 2002 M.

    al-Khatib, Muhammad ‘Ajjaj. al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n, Kairo: Maktabah Wahbah, 1963 M.

    -------- . Abu Hurairah Ra>wiyat al-Islam, Mesir: al-Hai’at ‘l-Misriyah, 1987 M.

    -------- . Us}u>l ‘l-H{adi>th: ‘Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh, Beirut: Dar ‘l-Fikr, 1975 M.

    Khudhary Bek, Muhammad, Itma>m al-Wafa>’ fi> Si>rat al-Khulafa>’, Mesir, Maktabah al-Tijjariyah al-Kubra, t.th.

    al-Khuza’iy, Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad. Takhri>j al-Dila>la>t al-Sam’iyah ‘ala> Ma> Ka>na fi> ‘Ahd Rasu>l Alla>h S}alla> ‘alaih wa sallam min al-H}iraf wa al-S}ana>’i wa al-‘Umma>la>t al-Shar’iyah, Mesir: al-Majlis al-‘A’la li Syu’un al-Islamiyah bi-Jumhur Misra al-‘Arabiyah, 1980 M.

    Louse, Marlow. Hierarchy and Egalitarianism in Islamic Thought—telah diterjemahkan oleh Nina Nurmila dengan judul: Masyarakat Egaliter Visi Islam, Bandung: Mizan, 1999 M.

    al-Madiny, Muhammad Muhammad, “Asba>b al-Ikhtila>f bain A’immah al-Madza>hib al-Isla>miyah” dalam Haul al-Wah}dah al-Isla>miyah: Afka>r wa Dira>sat-un, Mumadzdzmat al-A’lam al-Islamy, t. th: t.tp,

    Mahmud, Mustafa, al-Qur’a>n Muh}a>walah li Fahm al-‘Ashry, Kairo, Dar al-Ma’arif, 1970 M.

    Marlow, Louse, Hierarchy and Egalitarianism in Islamic Thought telah diindonesiakan oleh Nina Nurmila dengan judul: Masyarakat Egaliter Visi Islam, Bandung, Mizan, 1999 M.

    Max, Karl and Friedrich Engels. Selected Works, Moscow: Progress Publishers, 1969 M.

    Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, Bandung: Mizan, 1999 M.

    Minhaji, Ahkmad. Joseph Schacht’s Contribution to The Study of Islamic Law, (Thesis), Canada: Institute of Islamic Studies McGill University, 1992 M.

    al-Mizzy, Abu Hajjaj. Tuh}fat al-Ashra>f bi-Ma’rifat al-At}ra>f, terutama Jilid IX, X, XI & XII, India: Dar ‘l-Qayyimah, 1972 M.

    Motzki, Harald. “The Musannaf of Abd al-Razzaq al-San’ani as a source of authentic ahadith of the first century A.H”, dalam Journal of Near Easten Studies, vol. 50, no. 1, 1991 M.

    Muhammad, Perbandingan antara Penafsiran Muhammad rasyid Ridha dan Sayyid Qutuhub tentang Jihad dalam al-Qur’an dan Relevansinya dengan Masyarakat Indonesia, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Disertasi, 2002 M.

    Muhammad Shahrur, al-Kita>b wa ‘l-Qur’a>n: Qira>’ah Mu’a>s}irah, Damaskus: al-Ahali li ‘l-Taba’ah wa ‘l-Nashr wa ‘l-Tawzi’, 1992 M.

    -------. Dira>sat Isla>miyyah Mu’a>s}irah fi> al-Dawlah wa al-Mujtama’—telah diindonesiakan dengan judul: Tirani Islam Genealogi Masyarakat dan Negara, Yogyakarta: LkiS, 2003 M.

    al-Muhasibi, al-Was}a>ya>, (terj. Wawan Djunaidi Soffandi, S.Ag. dengan judul: Renungan Suci Bekal Menuju Taqwa--, Jakarta, Pustaka Azzam, 2001 M.

    Mukhlas, Imam, Hubungan Sebab antara Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an pada Adat Kebiasaan dalam Tradisi Kebudayaan Arab Jahiliyah, Disertasi, Syarif Hidayatullah: Jakarta, 1989 M.

    al-Musawi, Sayid Abu al-Hasan ‘Ali ibn al-Husain ar-Radhi, Nahj al-Balaghah: Selection from Sermons, Letters and Sayings of Amir al-Mu’minin ‘Ali ibn Abi Thalib—telah diindonesiakan oleh Muhammad Hasyim Assagaf dengan judul: Puncak Kefasihan Nahjul Balaghah, Pilihan Khotbah, Surat, dan Ucapan Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a., Jakarta, Lentera Basritama, 1997 M.

    al-Muttalib, Rif’at Fawzy Abd., Tawthi>q al-Sunnah fi> al-Qarn al-Thaniy al-Hijriy: Ususuha wa Ittijahtuha, Mesir, Maktabah al-Khamiji, 1460 H.

    Najah al-Ta’iy. al-Si>>rah al-Nabawiyah jilid I-XII, Beirut: al-Hady li Ih}ya>’ al-Tura>th, 1426 H/2005 M.
    --------. Si>>rah al-Sayyidah Aishah jilid I-II, Beirut: al-Hady li Ih}ya>’ al-Tura>th, 1426 H/2005 M.

    Nasab, Sayid Rid}a Husainy. al-Shi>’ah Tuji>b, Iran: Mu’assasah Imam ‘Ali, 2000 M.

    Peters, F.E (editor), The Arabs and Arabia on the Eve of Islam, USA, Ashgate Publishing Company, 1998 M.

    Petersen, Erling L. Ali and Mu’awiya in Early Arabic Tradition: Studies on the Genesis and Growth of Islamic Historical Writing until the End of the Ninth Century, Copenhagen: Munksgoard, 1964 M.

    --------. The Arabs and on the Eve of Islam, vol. 3, USA: Ashgate Publishing Company, 1998 M.

    Powers, David. S. Studies in Qur’an and Hadith: The Formation of the Islamic Law of Inheritance, Berkeley: University of California Press, 1986 M.

    Qardhawi, Yusuf. Min Ha>dy al-Isla>m Fata>wa> Mu’a>s}irah, Jilid I dan II, Dar al Wafa, al-Mansurah: 1993 M.

    Qutub, Sayid, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iyah fi> al-Isla>m, terj. Afif Muhammad dengan judul: Keadilan Sosial dalam Islam, Bandung, Pustaka, 1994 M.

    Rahman, Afzalur, Muhammad as a Trader (bagian dari buku Encyclopaedia of Seerah, London, The Muslim Schools Trust, 1982 M.

    Rahman, Fazlur. Islamic Methodology in History, Karachi: Central Institute of Islamic Research, 1985 M

    al-Razy, Muhammad ibn ‘Amr ibn al-Husain Fakhr ‘l-Din (w. 606 H). Mana>qib al-Ima>m al-Sha>fi’i> , Beirut: Dar ‘l-Jail, t.th.

    Ridha, Muhammad, al-Ima>m A
  • Ibn Aby T{a>lib Karrama Alla>h Wajhah Ra>bi al-Khulafa>’ al-Ra>syidi>n, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth.

    Shaban, M.A, Islamic History A.D 600-750 (A.H 132), A New Interpretation, Cambridge, The Cambridge University Press, 1971 M.

    al-Shan’any, Subu>l al-Sala>m Sharh} Bulu>gh al-Mara>m min Adillat al-Ah}ka>m, Juz III

    Sayyid Quthub, Ma’a>lim fi> ‘l-T{a>riq, Kairo: Mustafa al-Baby al-Hallaby, 1962 M.

    Schacht, Joseph. The Origins of Muhammadan Jurisprudence, Oxford: at the Clarendon Press, 1975 M.

    Setiawan, M. Nur Kholis. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005.

    al-Siba’I, Mustafa. al-Sunnah wa Maka>natuha> fi> al-Tashri>’ al-Isla>my, Mesir: al-Dar ‘l-Qawmiyah, 1966 M.

    Shiddiqi, Nourouzzaman, Menguak Sejarah Muslim, Suatu Kritik Metodologis, Yogyakarta, PLP2M, 1984 M.

    Siddique, Kaukab, The Struggle of Muslim Women (diterjemahkan oleh Arif Maftuhin, M. Ag dengan judul: Menggugat “Tuhan Maskulin”), Jakarta, Paramadina, 2002 M.

    Stokhof, W.A.L. & N.J.G. Kaptein (eds.), Makalah-makalah yang Disampaikan dalam Rangka Kunjungan Menteri Agama R.I. H. Munawir Sjadzali, M.A. ke Negeri Belanda, 31 Oktober – 7 November 1988 M.

    Subhani, Ja’far. Us}u>l al-H}adi>th wa Ah}ka>muh fi> ‘Ilm al-Riwa>yah, Iran: Mu’assasahal-Imam al-Sadiq ‘alaih al-salam, 1426 H/ 2005 M.

    al-Subky,Taj ‘l-Din Abd ‘l-Wahhab ibn Ali. Qa>’idah fi> al-Jarh} wa al-Ta’di>l wa Qa>’idah fi> al-Mu’arrikh (Kairo: Maktab ‘l-Matbu’at ‘l-Islamiyah, 1404 H/ 1984 M.

    al-Suyuty, Jalal ‘l-Din ‘Abd ‘l-Rahman ibn Aby Bakr (w.911 H). Tadri>b al-Ra>wy fi> Sharh} Taqri>b al-Nawa>wy, Jilid I-II, Beirut: Dar Ihya ‘l-Sunnah ‘l-Nabawiyyah, 1979 M.

    al-Tabary, Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir. Ta>rikh al-Umam wa al-Muluk (terutama jilid III & IV), Beirut: Dar ‘l-Fikr, 1399 H/1979 M.

    al-Tahhan, Mahmud. Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sat al-Asa>nid , Halb: al-Matba’ah ‘l-‘Arabiyah, 1978 M.

    Talmon, Rafael. “G.H.A Juynboll, Muslim Tradition: Studies in Chronology, Provenance and Authorship of Early Hadith (reviews), dalam Jerusalem Studies in Arabic and Islam, vol.11, 1988 M.

    --------. “Schacht’s Theory in the light of recent discoveries concerning and the origins of Arabic grammer”, dalam Studia Islamica, vol. 65, 1987 M.

    al-Thamawy, Sulaiman M., ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b wa Us}u>l al-Siya>sat wa al-Ida>rat al-H{adi>thah: Dira>sat-un Muqa>ranat-un, Beirut, Dar al-Fikr al-‘Araby, 1969 M.

    Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender Parspektif al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1999 M.

    Uri Rubin. The Life of Muhammad, USA: Ashgate Publishing Company, 1998 M.
    Weber, Max. The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, terjemahan Talcott Parsons, New York: Charles Scribner’s Sons, 1958 M.

    von Denffer, Ahmad. Literature on Hadith in European Languages: A Biblioghraphy, London: The Islamic Foundation, 1981 M.

    Yafeh, Hava Lazarus, Some Religious Aspects of Islam, Leiden, E.J Brill, 1981 M.

    Ya’qub, Ahmad Husain, Naz}ariyyat al-‘Ada>lah al-S}ah}>abah (terjemahan Nashirul Haq, et.al dengan judul: Keadilan Sahabat Sketsa Politik Islam Awal Jakarta, Al-Huda, 2003 M.

    Yazigi, Maya. “Commentaries Hadith al-‘Asharah or Political Uses of a Tradition”, dalam Studia Islamica, No. 2, 1997.

    Zain, Muhammad dan Mukhtar alShodiq, Membangun Keluarga Humanis, Jakarta, Graha Cipta, 2005 M.

    Zaqzuq, Mahmud Hamdy. Mausu>’ah ‘Ulu>m al-H{adi>th al-Sharif, Kairo: Jumhuriyah Misr al-‘Arabiyah, 2003 M.

    al-Zarkasyi, Badr al-Din Abu Abdullah Muhammad ibn Abdullah, al-Ija>bah li Ira>d ma Istadrakat-hu A’ishah ‘ala> al-S{ah}abah, diedit oleh Sa’id al-Afghani, Beirut, Libanon, 1970 M.

    Ziadah, Asma’ Muhammad, Daur al-Mar’a al-Siya>sih fi>> ‘ahdi al-Nabiyy wal khula>fa> al-Ra>syidi>n, diindonesiakan oleh Kathur Suhardi: Peran Politik Wanita dalam Sejarah Islam, Jakarta, Pustaka Al Kautsar, 2001 M.
  •